Isu Kebencanaan Meletusnya Gunung Api Sinabung, Kabupaten Karo Sumatera Utara
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten
di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di
Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk
sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi
Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu
kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi
dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena
berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini
mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Di
dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan
udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga
bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan
berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak
adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek
moyang suku Karo.
Namun
semenjak Gunung Sinabung meletus pada tahun 201o silam setelah lama tidak
meletus, Kabupaten ini pun berubah dari pemandangan indah seperti surga menjadi
suatu bencana yang sangat ditakuti masyarakat Indonesia dan Dunia, kususnya
masyarakat di Kabupaten Karo.
Bagaiamana
tidak? 6 tahun berlalu sejak awal mulanya meletus dan sampai saat ini belum
selesai memuntahkan larva nya.
Gunung
Sinabung (bahasa Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran Tinggi
Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung bersama Gunung
Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan
menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi ini. Ketinggian gunung ini adalah
2.451 meter.
Gunung
ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif
kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi
sejak September 2013 dan berlangsung hingga kini.
September 2010
Pada
tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul
04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan
pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letuasn kedua terjadi
bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di
sekitar gunung ini.
Pada
tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan
terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara
letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga
5.000 meter di udara.
Letusan 2013
Pada
tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah
terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013
dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013,
terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas
dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas
sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan
Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga
pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman.
Akibat
peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga.
Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September
2013 status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas
tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif.
Memasuki
bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang
semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan
kembali menjadi Siaga. Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km
dilakukan.
Letusan-letusan
terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km.
Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore,
dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu
setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan
yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik. Pada tanggal
24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level
tertinggi, level 4 (Awas). Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus diungsikan.
Tanggal 29 Januari 2014
Status
level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran lava
pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai
tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan
panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga
untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.
Setelah
kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung
Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius
bahaya (5 km) dapat dipulangkan. Namun demikian, sehari kemudian 14 orang
ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang
mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung yang berada dalam zona bahaya I.
Pada
tanggal 21 Mei 2016 pukul 16:48 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan
mengeluarkan awan panas. Awan panas ini menyelimuti Desa Gamber, Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo. Akibatnya 7 orang meninggal dunia, dan 2 lainnya
mengalami luka bakar. Para korban diketahui tengah berada di zona merah di
kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung. Sampai dengan 22
Mei 2016, telah terjadi 4 kali letusan. Menurut petugas pos gunung Sinabung,
luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekira pukul 14.30 WIB.
(Wikipedia, 2016)
Hal
ini menyebabkan banyak kerugian bagi masyarakat sekitar, masyarakat kehilangan
lading tempat mereka mencari kebutuhan hidup, masyarakat kehilangan rumah,
masyarakat kehilangan masa kecil mereka yang indah, masyarakat kehilangan
ternah, tanam-tanaman, buah-buahan, dan bahkan masyarakat kehilangan sanak
keluarganya.
Comments
Post a Comment