Kepandaian tidak membebaskan kita dari masalah

Suatu saat, seorang pendeta naik kapal dari Pontianak, hendak menuju ke Semarang. 
Di tengah laut lepas, seorang penumpang yang diduga stres melompat ke laut. 
Semua penumpang menjadi gaduh. 
Awak kapal pun segera mematikan mesin, tetapi mereka tidak segera menolongnya. 
Baru setelah orang tersebut tampak lemas tak bertenaga, para awak menurunkan sekoci, berenang menjangkau si korban, dan mengangkatnya ke sekoci. 
Mengapa orang tersebut dibiarkan lemas? 
Awak kapal menjawab, 

“Orang yang sudah lemas pasti lebih mudah ditolong. Kalau seseorang masih bertenaga, maka ia cenderung memberontak dan sulit diangkat.” 

Paulus adalah orang hebat. Dalam kitab Kisah Para Rasul, kita membaca bahwa ia menyembuhkan orang lumpuh (14:8-10). 
Sapu tangannya bisa mendatangkan mujizat (19:12). 
Ia menghidupkan orang mati (20:9-10). 
Ia banyak membuat mujizat (28:9). 

Akan tetapi, ia diizinkan berada dalam kondisi tidak berdaya. 
Ia tidak bisa menolong dirinya sendiri. 
Tiga kali sudah ia berseru, tetapi Tuhan juga tidak melepaskannya (2 Korintus 12:8). 
Barangkali kita juga mengalami bahwa kepandaian, pengalaman, dan kemampuan kita, tidak membebaskan kita dari masalah. 
Kita telah berkali-kali berdoa, tetapi Allah sepertinya mengizinkan kita “lemas tidak berdaya”. Mengapa? Firman-Nya : “…… justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 
Itulah yang akhirnya membuat Paulus berani berkata : “Sebab itu, aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9). 
Kala kita benar-benar sudah angkat tangan, Tuhan pasti akan segera turun tangan.


Dameria Sitio (Persekutuan Immanuel Pematangsiantar,Sumatra Utara)

Comments

Popular posts from this blog

ISE DO ALE ALETA NASO OLO MUBA I

7 Status Instagram Yang Memotivasi

Aku dan Masa Depan Ku