Perjuangan Pengorbanan dan Kasih Sayang Ibu T Sianturi


(Bagi orang Batak, pantang menyebut nama orangtua, jadi biasanya hanya di singkat oleh huruf depan diikuti marga)

T. Sianturi adalah anak pertama dari 7 bersaudara. Wania hebat yang membesarkan 4 orang anak dan bertahan dengan 1 orang suami. Beliau Tamatan SMEA, namun harus melepaskan cita-citanya duduk di bangku Pemerintahan karena takut di guna-guna di Desa beliau ditempatkan, akhirnya beliau menjadi petani, seperti wanita desa lainnya yang tak bisa berbuat apa - apa kalau hidup di desa selain bertani. 

Beliau Lahir di dalam keluarga kaya raya di Desa Parbeokan, Sumatera Utara. Namun hal tersebut tidak membuatnya menjadi manja dan tak mau bekerja. Beliau dikenal pekerja keras dan disiplin dalam mengerjakan segala pekerjaannya. Banyak yang kagum dengan semangat dan kelincahannya. Sejak kecil beliau selalu membantu kedua orangtuanya menggarap ladang dan sawah, dan membantu adik-adiknya dalam segi apapun yang dia bisa. 

Namun jalan hidup memang bukan kita yang menentukan, begitupun dengan kehidupan beliau. Setelah menikah, dia harus rela menjual kalung dan cincin emas miliknya demi membeli setapak gubuk untuk tempat tinggal keluarga kecilnya. Semenjak menikah pula dia merasakan bagaimana rasanya menjadi orang paling miskin di Desa saat itu.

Yang aku tahu, beliau tidur di atas tikar beralaskan papan bersama ke empat anaknya di dalam satu tempat tidur, beliau hidup tanpa listrik dan hanya menggunakan lampu teplok sebagai penerang di kala malam menghampiri, beliau bekerja dari pagi sebelum terbit matahari sampai malam ketika matahari sudah terbenam demi sesuap nasi untuk keluarga kecilnya.

Yang aku ingat, beliau tak mampu menyekolahkan anak pertamanya ke bangku SMA, kemudian anak keduanya harus putus di kursi SMP, dan bahkan anak ketiganya tak sampai lulus dari bangku SMK. Salah satu faktornya adalah kemiskinan.

Yang aku lihat, beliau harus menghadapi seorang suami pemabuk yang suka main tangan, seorang suami yang tidak punya pekerjaan, seorang suami yang kecanduan rokok dan tuak, seorang suami yang suka mengurung istri di luar rumah, dan yang aku lihat dibalik itu semua bahwa beliau tidak pernah menyerah dan selalu berjuang untuk keluarganya tetap utuh. Beliau tidak pernah menceritakan dukanya kepada orangtuanya, tidak juga meminta harta kepada orangtuanya, bahkan dia tidak juga menangis meratapi kemiskinan dan segala cobaan yang beliau hadapi.

Jangankan orang lain, bahkan keluarganya pun meremehkannya. Dipandang sebelah mata, sebagai anak pertama yang gagal karena hidup dalam kemiskinan dan memiliki suami yang tidak tahu adat serta suka kekerasan, ditambah 4 orang anak yang 3 diantaranya putus sekolah karena kemiskinan.


Beliau pantas untuk mengeluh, melawan, dan mengamuk. Namun apa yang beliau lakukan sungguh diluar dugaan, beliau diam dan hanya tersenyum sambil tertawa dengan semua yang dia hadapi, kadang beliau menangis dalam keheningan tapi bukan di depan anak-anak nya. Beliau tak pernah luput berdoa, dan bernyanyi sorak-sorai di dalam Tuhan, beliau selalu pergi ke Gereja dan menyerahkan serta mengutarakan semua perasaan dan pergumulannya kepada Tuhan, sang sahabat sejati.

Yaa, beliau adalah Ibu ku, yang menasehati ku lewat tindakan, bukan dengan kata- kata. Yang memotivasi ku lewat kerja keras dan ketegarannya, yang mengatakan bahwa semuanya mungkin lewat doa dan air matanya.

Beliau adalah Ibu terbaik ku, mama tersayang ku, dan tuhan yang bisa ku lihat di dunia ini. Beliau adalah sahabat terbaik ku, teman ku bergaul ke sana sini ketika aku malu dengan bulli-an teman-teman ku, yang memperhatikan pola makan ku ketika beliau kelaparan, yang menggendong ku ketika aku jatuh sakit, yang selalu memberikan jaket hangat nya kalau aku kedinginan, yang selalu menyuruh ku belajar, yang selalu mengatakan "kalau belum ngantuk, baca buku aja do", yang selalu membangunkan ku di pagi hari, yang selalu membela ku disaat Ayah ku ringan tangan, yang selalu membelikan buku mata pelajaran ku walau uang nya ntah dari mana, yang selalu mengusahakan biaya sekolah ku, yang selalu mengatakan "Jangan dipikirkan ya do, nanti ada nya bagian nya itu", yang selalu menanyakan kabar ku, yang selalu menangis kalau aku sudah menangis, yang selalu membela ku dan mendorong ku untuk maju.

Mak, terimakasih atas semuanya. Jasa mu akan ku ingat, nasihat mu akan ku pegang, air mata mu akan ku hapus dengan pencapaian yang buat mamak bangga.

Tuhan berkati mamak, Tuhan sayang mamak. Selamat hari Ibu, Mak.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

ISE DO ALE ALETA NASO OLO MUBA I

Aku dan Masa Depan Ku

7 Status Instagram Yang Memotivasi